Marijati Sangen Menekankan Pentingnya Onderwijs | Ensiklopedia Profesor Dayak 14
Prof. Marijati Sangen. Dokpri. |
PATIH JAGA PATI: Marijati Sangen tercatat sebagai Perempuan pertama yang meraih Jenjang Jabatan Akademik (JJA) tertinggi, yakni Profesor. Ia telah meninggalkan kita. Namun, karya dan kiprahnya dalam dunia akademik dan kecendikiawanan, tak pernah terlupa.
Baca narasi sebelumnya: Yohanes Bahari Meninggalkan Karya Ilmiah | Ensiklopedia Profesor Dayak 13
Ketika masik aktif, Marijati
pernah mengemban tanggung jawab sebagai
Asisten Direktur Bidang Administrasi dan Keuangan di Program Pascasarjana
Universitas Lambung Mangkurat (Unlam), Banjarmasin. Di samping itu, ia juga
aktif sebagai anggota senat universitas, berperan penting dalam pembuatan
keputusan strategis di Unlam.
Kewiirausahaan di kalangan suku bangsa Dayak
Marjati adalah putri dari Titus Tadju Sangen dan Ilon. Perjalanan
pendidikan Marijati dimulai dari Fakultas Ekonomi Unlam, di mana pada tahun
1975, ia meraih gelar sarjana. Namun, semangatnya untuk terus belajar membawa
Marijati melangkah lebih jauh. Ia mengejar gelar magister di Program Manajemen
Universitas Airlangga, Surabaya, dan berhasil menyelesaikan studinya pada tahun
1996. Setelah itu, ia menempuh studi lanjut di Program Pascasarjana Universitas
Brawijaya, Malang, dengan spesialisasi dalam Manajemen. Proses kuliah ini
membawa Marijati meraih gelar akademik tertinggi pada tahun 2001.
Puncak dari perjalanan akademisnya tercapai ketika Marijati menyelesaikan disertasinya yang berjudul “Pengaruh Orientasi Kewirausahaan, Orientasi Pasar, dan Budaya Etnis Cina, Bugis, Jawa, dan Banjar terhadap Kinerja Usaha Kecil”.
Dalam sidang terbuka di gedung Pascasarjana Universitas
Brawijaya, Marijati berhasil mempertahankan disertasinya dengan gemilang, yang
kemudian mengantarnya meraih gelar Doktor dan diakui sebagai seorang profesor
yang sangat dihormati di kalangan akademisi.
Di samping prestasinya dalam bidang akademik, Marijati juga menemukan kebahagiaan dalam kehidupan pribadinya. Ia menikah dengan Edward Riduan dan dikaruniai tiga anak, yang menjadi pilar dukungan dan kebanggaannya.
Sebagai seorang pendidik yang berdedikasi, Marijati menikmati peran dalam
mendalami pengajaran, melakukan penelitian, serta memberikan pelayanan kepada
masyarakat.
Sebagai perempuan yang bangga dengan akarnya dari puak Dayak
Ngaju, Marijati tidak hanya menunjukkan kesetiaan pada budaya dan warisan
leluhurnya, tetapi juga dedikasi yang tulus terhadap pengembangan ilmu
pengetahuan dan pelayanan masyarakat. Kontribusinya yang berharga tidak hanya
dihargai dalam komunitas akademik, tetapi juga di lingkungan sosial yang lebih
luas.
Melalui perjalanan hidupnya yang dipenuhi dengan pencapaian
gemilang ini, Marijati Sangen bukan hanya menjadi teladan bagi generasi muda
Dayak Ngaju, tetapi juga ikon dalam dunia akademik Indonesia yang dinamis dan
beragam.
Marjati meyakini bahwa Onderwijs (pendidikan) adalah hal yang nomor satu menjadi
agenda kebangkitan, sekaligus kejayaan Dayak. Meski demikian, pendidikan bagi perempuan
Ngaju ini adalah "jembatan menuju", sarana mencapai, bukan tujuan.
Salah satu pendiri dan deklarator ICDN
Profesor Marijati juga dikenal sebagai salah satu pendiri dan deklarator Ikatan Cendekiawan Dayak Nasional (ICDN), suatu langkah bersejarah yang dilakukannya bersama-sama dengan Dr. Willy Yoseph, Dr. Yansen TP, M.Si., dan 274 cendekiawan Dayak lainnya.
ICDN dirdirikan pada
tanggal 19 Januari 2019 di Kota Palangka Raya, Kalimantan Tengah, sebagai wadah
penting bagi para cendekiawan Dayak untuk bersatu dan berkontribusi dalam
pengembangan budaya dan keilmuan Dayak.
Profesor Marijati Sangen (kedua dari kiri), salah seorang pendiri dan deklarator ICDN. |
Pendirian ICDN menjadi bukti nyata dari komitmen Profesor Marijati dalam memajukan peran serta cendekiawan Dayak dalam berbagai aspek kehidupan, termasuk pendidikan, penelitian, dan advokasi budaya.
Dengan bergabungnya Marijati dalam pendirian organisasi ini, ia tidak hanya meneguhkan posisinya sebagai pemimpin di bidang akademik, tetapi juga sebagai pembela kepentingan dan kebanggaan budaya Dayak di tingkat nasional.
-- Rangkaya Bada