Lomba sumpit Kepatihan Jaga Pati Warnai Perayaan HUT Kemerdekaan RI ke-78

sumpit, lomba, Patih Jaga Pati, Dayak, budaya, ipoh


Panjat pinang sudah jamak. Namun, loma sumpit mewarnai HUT Kemerdekaan Republik Indonesia adalah hal yang langka. 

Dalam rangka memeriahkan HUT RI ke-78, Patih Jaga Pati Alexander Wilyo, S. STP., M. Si., yang juga Sekretaris Daerah (Sekda) Kabupaten Ketapang mengadakan lomba sumpit Dayak (19/8/2023), di halaman Kepatihan Jaga Pati, Jl. S. Parman, Gg. Kelapa Gading, Ketapang.

Lomba sumpit Dayak di Kepatihan kali ini terdiri dari tiga: kategori putra, yang diikuti oleh 47 peserta, dengan jarak 25 meter; kategori putri, yang diikuti oleh 26 peserta, dengan jarak 20 meter; dan kategori anak-anak, yang diikuti oleh 9 peserta, dengan jarak 15 meter.

Lomba sumpit Kepatihan Jaga Pati tersebut dibuka secara resmi oleh Patih Jaga Pati Laman Sembilan Domong Sepuluh Kerajaan Hulu Aik, Alexander Wolyo, S. STP., M. Si, dengan menyumpit balon merah-putih, dalam jarak 25 meter.

Keluar sebagai juara 1 untuk kategori putra adalah Gabriel, yang juga paraih juara 1 sumpit Kalbar tahun 2023, dengan total nilai 420, disusul Tarigas sebagai juara 2, dengan total nilai 405, Adrianus sebagai juara 3, dengan total nilai 380; dan Joy sebagai juara 4, dengan total nilai 250.

Juara 1 untuk kategori putri diraih oleh Venita, dengan total nilai 320; disusul Lusiana sebagai juara 2, dengan total nilai 300; Indah sebagai juara 3, dengan total nilai 295; Dian Rosanti sebagai juara 4, dengan total nilai 270.

Sedangkan juara 1 untuk kategori anak-anak adalah Nando, dengan total nilai 375; disusul Tami sebagai juara 2, dengan total nilai 235; Halim sebagai juara 3, dengan total nilai 230; Adam sebagai juara 4, dengan total nilai 210.

Selamat kepada para pemenang kejuaraan sumpit Kepatihan Jaga Pati dalam rangka HUT kemerdekaan RI ke-78 Tahun 2023.

Patih Jaga Pati Laman Sembilan Domong Sepuluh Kerajaan Hulu Aik, Alexander Wilyo mengatakan, Lomba Sumpit Kepatihan Jaga Pati tersebut adalah sebagai salah satu upaya menjaga tradisi leluhur Dayak.

Selain itu juga, Lomba sumpit Kepatihan Jaga Pati adalah dalam rangka memeriahkan suasana perayaan HUT Kemerdekaan RI ke-78. “Lomba sumpit ini saya dedikasikan dalam rangka HUT Kemerdekaan RI ke-78,” tandas Patih Alex.

Seperti yang kita ketahui, sumpit adalah senjata berburu tradisional Suku Dayak di Kalimantan. Untuk melontarkan peluru sumpit (damak), dibutuhkan hembusan napas dari perut yang kuat.

Dalam banyak even, salah satu tujuan utama lomba sumpit di pulau Kalimantan adalah untuk melestarikan kebudayaan suku Dayak.

Selama ini, sumpit dikenal sebagai salah satu senjata tradisional yang sering digunakan oleh suku Dayak di Pulau Borneo. Sumpit Dayak ini terbuat dari bahan yang berasal dari alam. Sumpit Dayak juga memiliki keunggulan pada tingkat akurasi tembak mencapai sekitar 200 meter.

Dilihat dari bentuknya, sumpit memiliki bentuk bulat dengan panjang sekitar 1,5 sampai 2 meter dan berdiamter sekitar 2-3 centimeter. Sementara untuk jenis kayu yang digunakan untuk pembuatan sumpit umumnya dari jenis kayu ulin atau kayu tebelian, kayu paling keras di pulau Borneo, dan beberapa kayu keras jenis lainnya yang ada di pulau Kalimantan.

Dalam lomba sumpit, peserta harus berusaha menempatkan busur panah ke sasaran yang tepat. Sedangkan zaman doeloe, menyumpit merupakan kegiatan sehari-hari suku asli pulau Kalimantan untuk berburu binatang, seperti babi hutan, burung, dan hewan lainnya yang hidup di hutan. Sebab itulah, sumpit Dayak, dulunya dijuluki sebagai senjata pembunuh senyap.

Selain sebagai salah satu senjata tradisional khas suku Dayak di pulau Kalimantan, pusaka sumpit mempunyai sejarah panjang dalam masa-masa sebelum kemerdekaan Indonesia. Konon, saat berperang dengan Belanda di dalam hutan, suku Dayak selalu unggul dengan hanya menggunakan sumpit.

Karena itu pulalah maka pada zaman dahulu, suku Dayak dijuluki sebagai ‘pasukan hantu’ oleh pasukan Belanda, yang menjajah Indonesia. Masalahnya, pada saat berperang melawan penjajah, senjata sumpit pasukan Dayak akan membunuh penjajah dengan senyap.

Sementara, penggunaan senjata oleh penjajah akan mudah terdeteksi saat pelatuk diraih. Beda dengan sumpit, yang saat ditiup dan mengenai sasaran -- sama sekali tidak mengeluarkan suara. Damak atau peluru sumpitnya pun beracun. 

Saat peluru sumpit bersarang di tubuh, luka yang timbul akan menjadi celah bagi racun untuk menjalar ke jaringan tubuh lainnya. Racun yang biasa digunakan pada peluru sumpit itu - biasanya getah ipoh atau ipuh, yakni racun yang sangat mematikan. Racun pada sumpit ini hampir tidak ada obat penawarnya sehingga hewan atau bahkan manusia sekalipun apabila tergores dapat menyebabkan kematian.

Senjata sumpit Dayak bisa digunakan untuk serangan jarak jauh dan dekat. Kelebihan senjata sumpit Dayak ini, sejak dahulu, digunakan oleh nenek moyang Dayak sebagai senjata yang tidak hanya untuk melindungi diri dari  keganasan kehidupan hutan, tetapi juga mampu mempertahankan hidup secara moral dan material.

Rencana Patih Alex, tahun depan lomba sumpit Kepatihan Jaga Pati akan dilaksankan lebih meriah lagi. Dan akan melibatkan penyumpit andalan se-Kalbar. (Thomas Tion)
LihatTutupKomentar
Cancel