Tion Sution : Penulis dan Komposer Lagu Dayak Semua Diborongnya
Thomas Tion Sution. Dokpri. |
PATIH JAGA PATI: Thomas Tion Sution (panggilan akrabnya Thomas Tion), lahir di Belantik 5 Februari 1969 dan menetap di Ketapang, Kalimantan Barat.
Pendidikan dasar ia tamatkan di SD Usaba Balai Berkuak tahun 1982, dan melanjutkan di SMPN 1 Simpang Hulu hingga tamat tahun 1985, serta SMA St. Yohanes Ketapang hingga tamat tahun 1989.
Setelah lulus SMA, Thomas Tion kemudian masuk ahun Orientasi Panggilan TOPANG (Topang) Nyarumkop. Seusai di Topang, Tion lalu "tsrsesat seketika", dan masuk Biara Passionis. Ia menyelesaikan Novisiat di Batu, Malang, pada tahun 1992.
Penulis dan jurnalis
Sekembalinya dari Batu-Malang, Thomas Tion bekerja sebagai jurnalis di Majalah Bulanan TRIKA milik Komsos Keuskupan Ketapang sampai tahun 1995.
Dari tahun 1997 hingga 2025, ia bekerja di Majalah Bulanan Kalimantan Review (KR) milik Institut Dayakologi, mulai dari jurnalis, redaktur, hingga pemimpin redaksi. Selama menjadi jurnalis, Thomas Tion juga aktif sebagai koresponden media cetak baik lokal, nasional, maupun internasional, seperti Majalah Bulanan Duta, Mingguan Hidup, Forum Keadilan, Kompas, Otonomi Daerah, Hati Baru, Sadhana, dan Kantor UCA News.
Thomas Tion juga pernah menjadi tim penulis buku Konflik
Etnis di Kalbar bersama ISAI Jakarta, serta tim penulis buku AR. Mecer Tokoh
Gerakan Ekonomi Kerakyatan bersama Frans Wahono.
Komposer Lagu Dayak: Tampun Juah
Sebagai komposer atau pencipta lagu, Thomas Tion menciptakan
lebih dari 100 buah lagu berbahasa daerah Kulan. Lagu-lagu berbahasa daerah
Kualan tersebut bercerita tentang banyak hal di yang terjadi di bumi Borneo.
Lagu-lagunya itu di antaranya bercerita tentang masyarakat
adat di Borneo, tempat dan alam Borneo. Misalnya, seperti Borneo, Kalimantan,
Khatulistiwa, Kota Kayong, Tampun Juah,
Tumbang Anoi, Kota Intan.
Lagu-lagu tentang legenda suatu tempat keramat seperti Botuh
Daya (Batu Dayak), Botuh Bosi (Batu Besi).
Lagu-lagu tentang
lingkungan, seperti Torutn Punah (Hutan Punah) dan Pamampas Sawit
(Jahanam Sawit).
Ada juga lagu-lagu nostalgia yang pria berkumis ini cipta, seperti: Dukah Cinta (Dua
Cinta), Cinta Tahalakng (Cinta Terhalang), Tega.
Namun, agaknya lagu dengan syair dan rentak irama khas Dayak "Tampun Juah" pantas untuk dbahas meski tidak tuntas. Latar tercipta lagu ini, komposer ingin menyampaikan pesan bahwa dalam
sejarahnya, suku Dayak di pulau Borneo berasal dari atau pecahan dari Tampun
Juah.
Nikmati lagunya ini: TAMPUN JUAH
Sebab itu, lagu Tampun Juah bercerita tentang sejarah persebaran dan perpindahan suku Dayak.
Menulis dan launching buku penting
Thomas Tion dan Masri Sareb Putra berkolaborasi dalam penulisan sebuah buku yang cukup penting sdalam tonggak sejarah kerajaan Ulu Aik yang berjudul Sumpah Kedaulatan Dayak: Patih Jaga Pati, Raden Cendaga Pintu Bumi Jaga Banua.
Baca Bupati Ketapang Hadiri Acara Hari Ke-3 Peresmian Balai Kepatihan Jaga Pati
Buku dengan jumlah halaman 214 ini mengangkat Alexander Wilyo sebagai tokoh sentral dalam konteks dan konfigurasi Patih Jaga Pati Raden Cendaga Pintu Bumi Jaga Banua.
Peluncuran buku ini berlangsung dengan megah di Balai Kepatihan Jaga Pati pada tanggal 4 Mei 2024, menarik perhatian luas baik dari kalangan akademisi maupun masyarakat umum.
-- Rangkaya Bada