Balai Kepatihan: simbol kedaulatan Dayak

Balai kepatihan, simbol, kedaulatan Dayak, Patih Jaga Pati, Hulu Aik, Ketapang


Sebuah bangunan berbentuk rumah panjang berdiri kokohBerdampingan dengan pesanggrahan/pondok Kepatihan Jaga Pati Laman Sembilan Domong Sepuluh Kerajaan Hulu Aik di kota Ketapang, Luas bangunannya 10 x 14: lebar 10 meter, panjang 14 meter. 

Rumah bermotit Dayak tersebut menggunakan tangga kayu belian/kayu ulin bulat -- berdiameter sekitar 40 senti meter atau  kelilingnya sekitar satu meter. Kayu ulin atau kayu belian ini adalah kayu nomor satu dan jenis kayu paling kuat di bumi Borneo.

Kayu ulin bulat tersebut kemudian ditakah (dibuat anak tangga) sebanyak tujuh anak tangga. Bagi subsuku Dayak Kualan-Semandang, tujuh itu adalah angka keramat. 

Di kiri-kanan tangga kayu ulin bulat itu diberi lalau (kayu untuk berpegang), yang juga terbuat dari kayu ulin. Di dekat lalau berdiri sepasang ponti' (laki-laki dan perempuan). Ponti' itu sendiri adalah patung yang terbuat dari kayu ulin.

Ba’ onyatn (kepala tangga) pun dibuat patung juga.

Tangga dan ponti' Kepatihan Jaga Pati Laman Sembilan Domong Sepuluh Kerajaan Hulu Aik di Jalan S. Parman, Gang Kelapa Gading No. 21, Ketapang tersebut didirikan secara adat pada Sabtu, 5 Agustus 2023 lalu. Nama ritual adatnya adalah nonam pontik dan nyima’ onyatn.


Upacara adat nonam pontik dan nyima’ onyatn dipim oleh Raja Hulu Aik ke-51, Petrus Singa Bansa dan Patih Jaga Pati Laman Sembilan Domong Sepuluh Kerajaan Hulu Aik, Alexander Wilyo, S. STP., M. Si. Bertindak sebagai dukun ritualnya adalah Kanuroh Awan III, L. M. Arif, Kawai, Narianto, dan Sudirnus, Sutaragi (pemimpin ritual Kerajaan Hulu Aik).

Balai Kepatihan didirikan sebagai simbol kedaulatan Dayak.

Pada 5 dan 6 Desember 2022, tahun lalu, Raja Hulu Aik ke-51 dan Patih Jaga Pati meresmikan pesanggrahan/pondok Kepatihan secara adat juga.

Upacara adat nonam pontik dan nyima’ onyatn Kepatihan ini dilengkapi dengan pabaeh (perlengkapan ritual), antara lain tuak, piring, mangkok, 2 paku, 2 biji kalaminting/kemiri, uang perak, 1 ekor babi dan 7 ekor ayam, kunyit, arang, kapur, pinang, sirih, gambir, rokok nipah, tampokng tawar.

Rangkaian ritual nonam ponti' dan nyima' onyatn Kepatihan terdiri dari acara adat munyokng (acara adat memberi tahu kepada Sang Pencipta) sehari sebelum hari H-nya; kemudian pada hari H-nya diadakan ritual ngantiro' monta (ritual pembukaan) dan ritual ngantiro' monsa' (acara inti nonam ponti' dan nyima' onyatn).

Sebelum ponti' dan onyatn ditajakkan, Raja Hulu Aik, Patih Jaga Pati dan para dukun terlebih dahulu menuangkan tuak ke dalam lobang dimana ponti' dan tangga akan didirikan, sembari mendoakan ponti' dan tangga secara adat, lalu memasukkan paku, keminting/kemiri, uang logam ke dalam lobang ponti' dan tangga. Barang-barang berupa paku, keminting, dan uang logam itu adalah sebagai pengkeras ponti' dan tangga Kepatihan itu sendiri.

Menurut Patih Jaga Pati Laman Sembilan Domong Sepuluh Kerajaan Hulu Aik, Raden Cendaga Pintu Bumi Jaga Banua, Alexander Wilyo, S. STP., M. Si., Balai Kepatihan tersebut didirikan -- sebagai “simbol kedaulatan Dayak”.

Patih Jaga Pati Laman Sembilan Domong Sepuluh Kerajaan Hulu Aik memiliki “tiga daulat”. Dan “tiga daulat” itu telah diucapkan Patih Jaga Pati sebagai Sumpah Setianya. Tiga daulat itu, yakni berdaulat dalam hal politik, ekonomi, dan budaya.
Baca Gelegar Sumpah Patih Wilyo

Selain sebagai simbol kedaulatan Dayak, Balai Kepatihan yang dibangun sendiri oleh Patih Jaga Pati, yang punya tag-line: SALAM BERDAULAT itu – adalah juga sebagai “penyemangat Dayak” dalam mempertahankan jati diri/identitas Dayak, dan dalam rangka menjaga simbol-simbol Dayak. *)
LihatTutupKomentar
Cancel