Menunggu di Bandara: Di Kaunter Buku atau di Tempat Makan yang Nyaman

toko buku, bandara, Soekarno Hatta, tempat makan, waktu, memanfaatkan, menulis, media, konten
Menunggu itu kecanduan: menulis sembari makan minum.

Habit. Atau kebiasaan saja. Setiap kali saya menunggu pesawat untuk proses boarding, tak peduli apakah itu setengah jam atau bahkan lebih lama, saya selalu menghadapi momen tersebut dengan sikap tenang dan penuh rasa syukur. Seperti pagi ini, ketika saya menunggu pesawat yang akan lepas landas dalam 45 menit lagi. Saya berada di Terminal 3 Bandara Internasional Soekarno-Hatta.

Terkadang, saya terhenti sejenak dan bertanya pada diri sendiri, "Pintu boarding berapa ya?" Namun, sebelum saya mencari jawaban pada boarding pass yang ada di genggaman saya, saya merasa benar-benar berada di tempat yang tepat. Mengapa demikian, mungkin Anda bertanya? Karena waktu, seperti aliran sungai yang tak pernah berhenti, terus berjalan. Sebagaimana dikatakan oleh filsuf Yunani kuno Heraclitus, "panta rhei kai uuden menei" - segalanya mengalir, berubah, dan berlalu. Yang tetap tak berubah dan terus mengalir adalah proses perubahan itu sendiri.

Memanfaatkan momen ini, saya selalu memilih untuk duduk di tempat ini. Saya merasa begitu menyukainya. Kenyamanan ini memungkinkan saya untuk menyalurkan pikiran-pikiran ke dalam kata-kata. Setidaknya satu artikel akan tercipta untuk menjadi bagian dari konten media yang tengah saya kelola. Pikiran-pikiran bermunculan dengan begitu alami, seperti air yang mengalir.

Kali ini, pikiran saya tertuju pada sebuah slogan yang terpampang di ruang tunggu ini, yang sungguh unik: "Ada dua tipe manusia di dunia. Dan keduanya menyukai Ayam Resep Asli." Tentu saja, kita membacanya dalam konteks promosi dan iklan, namun dalam momen ini, frasa tersebut memiliki makna yang lebih mendalam. Ia mengingatkan saya bahwa dalam perbedaan dan keragaman manusia di seluruh dunia, kita semua bisa menemukan persamaan, entah itu dalam kesukaan terhadap makanan lezat atau dalam kesempatan untuk merenungkan hidup kita sendiri di antara aliran waktu yang tak kenal henti.

Kaunter toko buku
Jika tidak sibuk menunggu sambil menikmati hidangan dan minuman ringan, terutama di tempat-tempat dengan meja yang nyaman dan colokan yang mudah dijangkau, saya seringkali menemukan diri saya berlindung di dekat kaunter toko buku.

Tapi berlama-lama di sini, saya ngeri ngeri sedap. Mengapa? sebab sering saya tergoda untuk membeli lebih dari satu buku. Asal tahu saja harga buku di bandara!

Di sana, dunia pengetahuan terbuka lebar di hadapan saya. Saya dapat membiarkan mata saya menjelajahi judul-judul buku yang berjejer rapi, membaca sinopsis, atau sekadar meresapi aroma kertas yang begitu khas. Terkadang, buku-buku yang menarik menjadi teman setia saya selama menunggu waktu yang tak terhindarkan.

Tentu saja, ruang tunggu di dekat toko buku ini memiliki pesonanya sendiri. Di tengah tumpukan buku dan hiruk-pikuk pelanggan yang tengah berburu bacaan, saya merasa seperti berada di dunia paralel yang dipenuhi oleh pengetahuan dan petualangan. Tak pernah ada kekurangan ide atau inspirasi yang bisa diambil dari halaman-halaman buku yang saya baca.

Jadi, tak peduli seberapa lama proses penantian di bandara ini, saya selalu menemukan tempat di mana waktu saya berjalan dengan indah, baik dengan menikmati kopi di sudut yang tenang atau dengan menjelajahi kata-kata di antara rak-rak buku yang penuh misteri. Itulah yang membuat setiap perjalanan menunggu di bandara menjadi pengalaman yang tak terlupakan. (Rangkaya Bada)


LihatTutupKomentar
Cancel