Musdat Domong III wilayah Laman Sembilan Domong Sepuluh Kerajaan Hulu Aik

Raja Hulu Aik ke-51, Patih Jaga Pati, Musdat Domong III, Pati Jaga Pati, Alexander Wilyo, Kerajaan Hulu Aik, Dayak, Domong Adat, Singa Bansa



PATIH JAGA PATI : Pada Sabtu, 25 November 2023, mulai pukul 17.00 hingga selesai, Musyawarah Domong Adat, Laman Sembilan Domong Sepuluh III, akan diselenggarakan di Bale Kepatihan Jaga Pati, Ketapang, Provinsi Kalimantan Barat.

Baca Dinasti Politik Ala Jokowi

Acara ini direncanakan setelah Pembukaan Pentas Seni Budaya Dayak (PSBD) dan Karnaval Budaya Dayak, yang akan berlangsung pada hari yang sama dari pagi hingga siang.

Baca Alexander Wilyo, Sekda Ketapang : Jadikan Rumah Ibadah Sumber Inspirasi

Peserta dan Tamu
Musdat Domong III akan dihadiri oleh tokoh-tokoh terkemuka, termasuk Singa Bansa, Raja Hulu Aik ke-51, Patih Jaga Pati Raden Cendaga Pintu Bumi Jaga Banua Alexander Wilyo, dan perwakilan dari semua Domong Laman Sembilan Domong Sepuluh Kerajaan Hulu Aik.

Sorotan Agenda
Selama Musdat, berbagai pembicara, termasuk perwakilan, akan membahas pelestarian seni, budaya, dan tradisi Dayak, serta keberadaan hukum adat Dayak di wilayah Laman Sembilan Domong Sepuluh Kerajaan Hulu Aik.

Kepatihan Pati Jaga Pati, dibangun, dan didirikan, antara lain untuk meneruskan dan menghidupkan adat budaya Dayak. Warisan nilai tradisi suku bangsa penghuni asli dan pewaris langsung bumi dan pulau Borneo.

Ritual Pra-acara
Serangkaian Musdat Domong III akan dimulai dengan ritual adat Munyokng, sehari sebelum pelaksanaan Musdat, yang melibatkan pemberitahuan dan izin kepada Duata Perimbang Alam Bumi Tanah Arai.

Kegiatan Hari Acara
Pada hari acara, ritual adat Ngumpan Tangak Raya Lalau Agokng Penijak Kaki Raja akan dilaksanakan, diikuti oleh tarian penyambutan tamu dan tradisi Ngalu. 

Selama Ngalu, wanita berpakaian adat akan menawarkan tuak dalam cawan bambu kepada tamu terhormat.

Baca Orang-Orang Hakka Di Singkawang

Setelah penyambutan tradisional, Raja Hulu Aik ke-51, Patih Jaga Pati, perwakilan Domong, dan tamu terhormat lainnya akan menuju Balai Kepatihan untuk makan beradat.

Setelah makan beradat, Musyawarah Adat (Musdat) III akan dimulai. Seusai Musdat III, acara akan dilanjutkan dengan Menari-Beigal, pertunjukan tarian adat.

 Kepatihan Pati Jaga Pati, dibangun, dan didirikan, antara lain untuk meneruskan dan menghidupkan adat budaya Dayak. Warisan nilai tradisi suku bangsa penghuni asli dan pewaris langsung bumi dan pulau Borneo.

Meneruskan dan mengihidupkan adat, budaya, dan nilai tradisi
Kepatihan Pati Jaga Pati merupakan sebuah bangunan yang dirancang dan didirikan dengan tujuan utama untuk meneruskan serta menghidupkan warisan adat budaya Dayak. 

Pembangunan ini tidak hanya sebagai struktur fisik semata. Lebih dari itu, ia juga sebagai wahana penjagaan dan peningkatan nilai-nilai tradisi yang kaya, yang menjadi bagian integral dari kehidupan suku bangsa penghuni asli dan pewaris langsung tanah dan pulau Borneo.

Pembangunan Kepatihan Pati Jaga Pati mencerminkan komitmen yang mendalam terhadap pelestarian identitas budaya Dayak. 

Sebagai pusat kegiatan adat, tempat ini berfungsi sebagai simbol keberlanjutan dan kehidupan yang dinamis dari tradisi-tradisi yang telah diwariskan dari generasi ke generasi.

Dengan didirikannya Kepatihan ini, upaya penghidupan adat budaya Dayak tidak hanya terbatas pada tingkat lokal, tetapi juga menjadi manifestasi dari keinginan untuk menjaga keberagaman dan kekayaan budaya yang menjadi ciri khas masyarakat asli Borneo. 

Sebagai pusat kegiatan kebudayaan, Kepatihan tidak hanya menyediakan ruang bagi penyelenggaraan berbagai upacara adat, tetapi juga menjadi tempat di mana pengetahuan, seni, dan keterampilan tradisional Dayak dijaga, dihormati, dan diteruskan.

Kepatihan Pati Jaga Pati bukan hanya sebagai bangunan fisik, melainkan juga sebagai garda terdepan dalam memastikan bahwa nilai-nilai luhur, adat istiadat, dan kearifan lokal Dayak tetap berkembang dan diteruskan kepada generasi-generasi mendatang. 

Kepatihan Pati Jaga Pati menjadi tonggak penting dalam menjaga keberlanjutan identitas kultural dan kekayaan warisan budaya yang memperkaya khazanah masyarakat Dayak di Borneo.

(Thomas Tion Sution)

LihatTutupKomentar
Cancel