Pesona dan Makna Rumah Adat Dayak di Ketapang

Ketapang, betang, huma, radakng kadakng, panyae, Kanayatn, Iban, Ngaju, public spere, Lun Dayeh, Habermas, Sungai Pawan, ampun Juah

 

Rumah adat (Dayak) di Ketapang. Sumber foto: https://sitimustiani.com/2023/05/rumah-adat-dayak-ketapang/

PATIH JAGA PATI : Sebanyak itu rumpun suku Dayak, sebilangan itu pula sebutan untuk mengacu kepada satu entitas yang sama: rumah panjang. 

Faktanya, ada beragam istilah untuk menyebut rumah panjang, yang bergantung pada subsuku atau kelompok etnis mereka. 

Contohnya adalah suku Dayak Kanayatn menyebutnya rumah radakng, Iban menyebutnya: rumah panyae, orang Ngaju menyebutnya: huma betang, sedangkan orang Lun Dayeh menyebutnya: ruma kadakng, dan sebagainya. 

Meskipun memiliki sejumlah sebutan, semua istilah tersebut merujuk pada rumah panjang khas suku Dayak.

Baca Musdat Domong III Wilayah Laman Sembilan Domong Sepuluh Kerajaan Hulu Aik

Multi-nama, eka makna
Penamaan "rumah panjang" sendiri merujuk pada ciri khas fisiknya yang panjang dan bersambung menjadi satu kesatuan. 

Berdasarkan cerita, pada masa lalu, rumah panjang di Tampun Juah memiliki panjang mencapai 300 meter dengan 300 pintu. 

Menurut kisah orangtua, panjang rumah betang di Tampun Juah dahulu kala: 7 kali cahaya damar. 

Namun, kini rumah panjang yang masih dihuni di Kalimantan dapat dihitung dengan jari, dengan Sungai Utik, Saham, dan Ensaid di Kalimantan Barat menjadi beberapa contohnya yang langka. 

Sebagai contoh, di daerah Ketapang, terdapat rumah panjang yang dibangun sebagai "rumah adat" Dayak, meskipun tanpa penghuni.

Baca Gawai Dayak Di Sanggau Disebut "Nosu Minu Podi"

Dengan demikian, rumah panjang tidak hanya menjadi tempat tinggal bagi suku Dayak, tetapi juga mencerminkan warisan budaya yang unik dan beragam di wilayah Kalimantan.

Rumah Adat Dayak Ketapang
Rumah Adat Dayak Ketapang berdiri megah di tepi Sungai Pawan, Kabupaten Ketapang, yang merupakan kabupaten yang terletak di selatan Provinsi Kalimantan Barat. 

Meskipun bukan tempat tinggal sehari-hari, rumah adat ini menarik perhatian tidak hanya karena keindahannya, tetapi juga karena keberlanjutannya dan pemeliharaan kebersihannya yang cukup baik.

Rumah Adat Dayak Ketapang menjadi salah satu daya tarik budaya di wilayah tersebut, mencerminkan kekayaan tradisional dan warisan sejarah suku Dayak. 

Baca Dayak Tidak Dari Mana Pun, Melainkan Asli Borneo

Dengan berdiri megah di tepi Sungai Pawan, rumah adat ini menjadi ikon kearifan lokal dan daya tarik wisata budaya di Kabupaten Ketapang. 

Meskipun tidak dihuni sehari-hari, keberlanjutan pemeliharaan kebersihannya menunjukkan rasa hormat terhadap nilai-nilai tradisional dan warisan leluhur.

Kekuatan orang Dayak dibangun dalam kebersamaan, belarasa, toleransi, gotog royong, berbagi, serta saling tolong karena habitus hidup di rumah panjang.

Keberadaan Rumah Adat Dayak Ketapang di tepi Sungai Pawan juga memberikan pengalaman yang unik bagi pengunjung yang ingin mengeksplorasi dan memahami lebih dalam budaya Dayak. 

Dengan eksisnya rumah adat ini, Kabupaten Ketapang menjadi destinasi menarik bagi wisatawan yang tertarik dengan keindahan arsitektur tradisional, sejarah, dan kehidupan masyarakat lokal.

Public sphere
Kita antusias menyambut upaya masyarakat dan pemerintah daerah setempat yang berdedikasi untuk membangun dan mendirikan kembali rumah adat. 

Meskipun tidak dihuni oleh penduduk sehari-hari, rumah adat ini menjadi semacam "public sphere," sesuai dengan konsep yang diutarakan oleh filsuf Jürgen Habermas. 

Rumah adat bukan hanya sekadar struktur fisik, tetapi juga menjadi pusat kegiatan sosial dan budaya di komunitas.

Baca Balai Kepatihan: Simbol Kedaulatan Dayak

Rumah adat yang dibangun kembali ini menjadi tempat di mana masyarakat dapat berkumpul, berinteraksi bersama, berbagi pengalaman, dan bertukar pikiran. 

Sebagai "public sphere," rumah adat menciptakan ruang untuk dialog terbuka, diskusi, dan pertukaran ide di antara anggota masyarakat. 

Benih perikehidupan Dayak ini tidak hanya mencerminkan kekayaan warisan budaya lokal, tetapi juga memperkuat jaringan sosial dan identitas komunitas.

Simbol kebersamaan dan belarasa
Melalui keberadaannya, rumah adat berfungsi sebagai simbol kebersamaan dan kepedulian terhadap warisan budaya. 

Pengunjung dapat merasakan aura sejarah dan tradisi yang terkandung di dalamnya, menciptakan pengalaman yang mendalam dan edukatif. 

Selain itu, tempat ini juga menjadi sarana untuk melestarikan nilai-nilai luhur, tradisi, dan cerita rakyat yang diwariskan dari generasi ke generasi.

Justru kekuatan orang Dayak dibangun dalam kebersamaan, belarasa, toleransi, gotog royong, berbagi, serta saling tolong karena habitus hidup di rumah panjang.

Baca Surat Keterangan Tanah (SKT) Orang Dayak: Tanaman Buah Dan Karet

Dengan membangun kembali rumah adat dan menjadikannya "public sphere," masyarakat setempat dan pemerintah daerah secara aktif menciptakan ruang untuk meningkatkan keterlibatan publik. Selain itu juga memperkokoh identitas budaya, dan mendukung keberlanjutan warisan lokal. 

Rumah adat bukan hanya menjadi bangunan fisik. Lebih dari itu, rumah panjang juga panggung kehidupan sosial dan kebudayaan yang memperkaya pengalaman masyarakat dalam memahami dan menghargai akar budaya mereka.

(Bejana Rohani)

LihatTutupKomentar
Cancel