Semperong: Birokrat awal Dayak Ketapang: Bendahara Lurus Seumur-Umur

Dayak, Semperong, lurus, birokrat, Ketapang, bendaraha, jujur, lurus
Semperong: Birokrat awal Dayak Ketapang.

PATIH JAGA PATI : Tiga puluh Sembilan tahun yang lalu. Kabar duka itu datang begitu cepat. Ataupun kematian itu datang terlalu awal ketika usianya masih cukup muda, 54 tahun. Tapi itulah yang terjadi terhadap seorang birokrat awal Dayak Ketapang Augustinus Semperong, seperti dicatat Pastor Vitalis dalam bukunya Catatan Harian Pastor Vitalis CF  Frumau.

Pastor itu menulis: Tanggal 3 Mei 1985. Meninggal dunia di RS Sungai Jawi Pontianak, Bapak Gabriel Agustinus Semperong, tokoh umat Katolik dan (tokoh) masyarakat (Dayak) di Ketapang. Beliau meninggal ketika mencapai usia 54 tahun. Tanggal 4 Mei, jenazahnya diterbangkan ke Ketapang dan pada tanggal 5 Mei dikebumikan.

Seorang dengan kharisma, misi, dan visi ke depan

Saat pemakaman, imam Pasionis ini tidak dapat menahankan kesedihannya. Ia menangis tersedu-sedu pada saat memberikan renungan pelepasan jenazah. Lanjut sang imam, memang Bapak Semperong sangat disayangi umat dan masyarakat. Dalam buku yang lain, Pater Yerun PBS dan Tahun-Tahun di Tanah Misi, Pastor Yerun CP menyebut bahwa orang-orang seperti Semperong adalah tokoh pemersatu Dayak, orang yang memiliki karisma dan juga misi dan visi ke depan.


Semperong: dan keluarganya.

Semperong, atau kemudian ketika dibaptis Katolik Bernama lengkap Gabriel Augustinus Semperong, adalah pribadi yang termasuk golongan para birokrat Dayak awal di Kabupaten Ketapang. Seperti dicatat dalam buku Biografi PJ Denggol (2022), saat menjadi wedana di Nanga Tayap  Wedana Denggol dibantu oleh orang-orang yang terampil dan berwawasan maju sebagai staf kewedanaan. Mereka diantaranya Semperong Merial (staff), Ribak (Mantri Pertanian), Ginsai Tihang (Juru Tulis), Kubal (Mantri Hewan), Udir (mantri suntik Kesehatan), Sanggam (guru).

Semperong bekerja menjadi staf wedana di Nanga Tayap sejak tahun 1962. Ia kemudian diangkat menjadi Camat Tumbang Titi pada tahun 1971. Walau hanya dalam waktu singkat menjadi camat Tumbang Titi, namun kebaikannya diingat orang. 

Camat Semperong juga peduli pada pengembangan budaya Dayak di Tumbang Titi. Ia menjadi pelindung dan penasihat untuk lembaga yang diberi nama Badan Penggali Kebudayaan Daerah (BPKD).

Birokrat di Kantor Bupati Ketapang

Tahun 1972, Semperong ditarik menjadi birokrat di Kantor Bupati Ketapang. Ia bekerja awalnya di bagian pembangunan. Bisa jadi, Pejabat Bupati Denggol yang menarik Semperong bekerja di Kantor Bupati Ketapang saat itu. Yang menarik, saat pelantikannya sebagai pejabat di kantor Bupati Ketapang, Semperong didampingi oleh Raja Hulu Aik. Saat itu, Semperong belum menjadi Katolik. Terkenal sebagai birokrat yang rajin dan bekerja lurus, Semperong kemudian dipercaya sebagai  Bendaharawan Kantor Bupati Ketapang

Dalam perkembangan berikutnya, Semperong kemudian memeluk agama Katolik. Ia dibaptis dengan nama permandian Gabriel Augustinus. Sebagai umat Katolik, ia terlibat dalam banyak kegiatan menggereja. Pada kepengurusan Dewan Paroki Santa Gemma tahun  1978, ia pengurus Seksi Kematian. Agustinus Semperong pernah menjadi Ketua Kring 2 yang meliputi wilayah Jalan Saunan, Jl. Dr. Sutomo, Jalan Matan/Mulia Baru. Ini wilayah dimana banyak umat Katolik Dayak bertempat tinggal. Ia pernah menjadi pengurus Dewan Paroki.

Pekerjaan lurusnya sangat dipercaya. Sebagai bendahara.  Pada saat tahbisan Uskup Blasius Pujaraharjam di tahun 1978, ia menjadi Bendahara 1 Panitia. Ia memegang posisi bendahara untuk beberapa kegiatan paroki dan keuskupan lainnya. Saat tahbisan imam baru Harimurti, tahun 1982, Ag. Semperong dan PJ Denggol berduet menjadi Ketua Panitia. Ketika Keuskupan Ketapang membentuk Panitia Pembangunan, Ag. Semperong diangkat menjadi penghubung antara pihak Keuskupan dan Pemerintah Daerah Ketapang.

Sebagai tokoh masyarakat yang mempunyai rumah di Ketapang, adalah biasa rumahnya menjadi tempat menginap guru-guru dari pedalaman Ketapang. Saat para guru itu ikut penataran misalnya. Banyak anak-anak dari kampung juga ditampung di rumahnya. Ada yang bekerja, ada yang bersekolah di SMP atau SPG atau SMA saat itu.

Kebudayaan Dayak juga menjadi kepedulian Ag. Semperong. Di tahun 1978, beberapa tokoh Dayak di Ketapang mendirikan Sanggar Hulu Sungai Kabupaten Ketapang, yang disingkat SAHUSAKA. Dalam kepengurusan sanggar ini, AG Semperong didaulat untuk menjadi Ketua I. Salah satu bangunan yang dirintis juga oleh Pak Semperong adalah pendirian Wisma Sanggar Hulu Sungai Ketapang. Bangunan ini dimaksudkan sebagai penginapan bagi orang dari pedalaman yang bepergian ke Ketapang, juga sebagai rumah duka atau transit.

Tokoh pemersatu Dayak

Agustinus Semperong lahir di Sekembar pada tahun 1931 dari keluarga yang termasuk etnis Dayak Kayong. Ia menikah dengan Cornelia Ketumbar, puteri keturunan Demong dari Tebuar dan dikarunia 6 anak. Yang pertama Ir Kornelius Syamsu Akhyar (pensiunan Bappeda dan Dinas Pertanian Ketapang), Syaiful Bahri (Pensiunan Dinas Perkebunan), Drs Sakura (swasta, anggota FKUB Kabupaten Ketapang), Kurniati, Supia Kusmina (alm, aktivis Yayasan Dian Tama Pontianak), serta yang bungsu Marta Kartina SH, MAP (Sekretaris Badan Kepegawaian/BKPSDM Sekda Ketapang sekarang).

Terhadap pengabdiannya sebagai birokrat Dayak dan juga tokoh masyarakat dan gereja,  Pastor Yerun Stoop CP dalam buku PBS dan Tahun-Tahun di Tanah Misi menyebut bahwa orang-orang seperti Semperong adalah tokoh pemersatu Dayak, orang yang memiliki karisma dan juga misi dan visi ke depan.  Menurut pastor itu, orang seperti Semperong walaupun tidak mendapat pendidikan yang tinggi, namun mau berkembang berdasar pengalaman dan juga pengetahuan yang mereka peroleh dengan membaca buku-buku.

-- Frank Pasty.

LihatTutupKomentar
Cancel