Samuel Oton Sidin| Uskup Sintang Peraih Kalpataru

Samuel Oton Sidin, Uskup, Sintang, Peraih Kalpataru, Rumah Pelangi, St. Fransiskus Asisi, Monseigneur

Samuel Oton Sidin| Uskup Sintang Peraih Kalpataru
Samuel Oton Sidin, Uskup Sintang Peraih Kalpataru. 

PATIH JAGA PATI : Peraih Kalpataru, pendekar lingkungan yang rohaniwan Dayak itu, ugahari. Samuel Oton Sidin, nama kecilnya. 

Lahir di Bengkayang, Kalimantan Barat 12 Desember 1954. Setamat SMA, ia masuk Seminari Tinggi Ordo Kapusin di  Prapat, Pematang Siantar, Sumatera Utara. 


Kemudian studi Doktoral di Roma. Meraih gelar Doktor. Kembali ke Pontianak, ia menjadi superior Ordo Kapusin. Lalu menekuni panggilan seorang Fransiskan, pecinta lingkungan, di sebuah wilayah tandus mula-mula di Ambawang, dekat kota Pontianak.


Di sini ia "menyulap" tanah tandus jadi hijau belantara. Lewat karyanya "Rumah Pelangi". Kawasan dengan bukit botak yang semula kering kerontang, setelah 15 tahun dikonservasikan, menyimpan cadangan air yang menghidupkan penduduk sekitar.


Perbuatan baik anggota saudara dina sederhana dan kecil ini, terdengar juga hingga Jakarta. Bertepatan dengan Hari Lingkungan Hidup, 5 Juni, 2012, Presiden Susilo Bambang Yudhoyono menyerahkan penghargaan Kalpataru kepadanya. Ia satu di antara 12 penerima penghargaan bergengsi itu.


Yang mendorong Sidin melakukan konservasi dan memelihara lingkungan sebenarnya bukanlah pamrih atau hadiah , apalagi pujian. Lebih dari itu, cinta pada sesama dan spiritualitas yang dipetiknya dari pendidikan seminari yang menimba dari semangat pendiri Ordo Fransiskan, St. Fransiskus Asisi lebih mengemuka. Seperti diketahui, St. Fransiskus Asisi dinobatkan sebagai Pelindung Pemeliharaan Kelestarian Lingkungan Hidup pada tanggal 29 November 1979.


Kini Samuel adalah Uskup Keuskupan Sintang yang terpilih pada 21 Desember 2016. Tahbisan uskup: 22 Maret 2017.


Ia lebih dikenal di kancah dunia sebagai pendekar lingkungan, bahwa kemudian jadi Uskup Sintang, bukan tujuan. Hanya sebuah "kecelakaan". Umbi memang tumbuh dalam diam, bulan bersinar dalam sunyi, matahari terbit sendiri tiap pagi. Persis dikatakan Gus Dur: jika kamu berbuat baik, orang tidak akan tanya agamamu. 


Saya bertemunya di acara Forum Dayak Kalbar Jakarta (FDKJ), Mei tahun 2016/ Sekalian menyerahkan buku 101 Tokoh Dayak jilid 2 yang memuat profilnya ini.



Bersahaja, ala biasa Ordo Kapusin. Ugahari seperti matahari yang senantiasa memberi. Ia ketua seksi rohani FDKJ. Sandal ala tentara roma kesukaan pastor paroki Tebet ini.


Segaris tipis kumis melintang di bibirnya yang senantiasa menyungging senyum. Namun, raut mukanya memancar kharisma. Ia bergelar akademik Lic.Phil, yang kuliah di universitas Kepausan di Roma. Tapi sudah meninggalkan teologi konservatif praKonsili Vatikan II bahwa "extra Ecclesiam nulla salus". Setiap orang yang bonae voluntatis (berkehendak dan berbuat baik) surga ganjarannya.


Monseigneur yang juga gemar berkebun dan pecinta lingkungan ini open minded. Baginya, segala makhluk hidup setara di hadapan Sang Khalik. (Rangkaya Bada)

LihatTutupKomentar
Cancel