Berburu Gaharu Di Hutan Kalimantan : Wilayah Adat Tempat Gaharu Melipatgandakan Cuan (Bagian 2 Dari 10 Tulisan)

gaharu, aquilaria malaccensis, wilayah adat, hutan adat, valuas ekonomi, Kalimantan Barat, Stefanus Masiun, Vermy, Jon, Lumbis

  • Hasil perburuan gaharu di hutan Kalimantan oleh anak-anak muda Lumbis dan hasil cuannya yang miliaran rupiah. Sumber gambar: Lumbis.
Pohon bernama latin aquilaria malaccensis yang terdapat di hutan hujan Borneo memiliki karakteristik unik. 
Kayu gaharu berkualitas tinggi sebenarnya diperoleh dari pohon yang mengalami gangguan kesehatan. 

Biasanya, kayu gaharu memiliki warna cokelat dan aroma yang khas. Sebelum mengalami perubahan ini, inti kayu pohon gaharu awalnya berwarna putih pucat, tidak berbau, dan tidak memiliki nilai ekonomis yang signifikan.

Wilayah Adat jangan digadaikan
Di hutan-hutan adat Kalimantan, gaharu alami tumbuh bebas. Namun, hak untuk mengusahakan atau mencari minyak gaharu terbuka bagi siapa saja.
Baca Berburu Gahau di Hutan Kalimantan

Gaharu, tanaman yang tak hanya tumbuh dengan bebas tetapi juga liar di wilayah adat Kalimantan Barat. Habitat yang kiranya dapat membawa pesan penting bagi kita semua. 

Proses alamiah bagaimana pohon gahau menjadi kemenyan, sungguh mengejutkan. Pohon gaharu menghasilkan haruman yang berharga, yang disebut juga "kemenyan." Ini sebabnya, mengapa gaharu Borneo memiliki nilai ekonomi yang sangat tinggi. Eksistensi pohon gaharu bukan sekadar tentang ekonomi; gaharu adalah warisan alam yang berharga yang harus dijaga dengan sepenuh hati.

Jika terbesit niat untuk menggadaikan wilayah adat demi keuntungan sementara, kita sebenarnya merampas keindahan yang Tuhan telah anugerahkan melalui alam kepada kita secara cuma-cuma. Tanpa upaya manusia, gaharu dapat tumbuh dan berkembang dengan begitu alami, menciptakan lingkungan yang unik dan mempesona. Karena itu, bersyukurlah kepasa Sang Maha Pencipta alam semesta.

Jangan biarkan hasrat meraup keuntungan singkat membutakan mata kita terhadap kekayaan alam ini. Gaharu adalah pengingat bahwa kekayaan sejati tidak selalu dapat diukur dalam bentuk uang.

Oleh karena itu, penduduk asli Kalimantan wajib melindungi wilayah adat Kalimantan Barat dan memelihara gaharu serta keanekaragaman hayati lainnya yang hidup di dalamnya. 

Janganlah kita sampai mengorbankan warisan alam ini demi keuntungan pribadi atau kepentingan jangka pendek. Sebaliknya, kita harus menyadari bahwa keberlangsungan gaharu dan alaminya adalah tanggung jawab kita sebagai penjaga bumi ini. Itulah yang seharusnya terus memotivasi kita untuk menjaga dan melestarikan keindahan ini untuk generasi mendatang.

Pada tahun 2023, Dr. Stefanus Masiun, Vermy, dan Jon melakukan penelitian yang menghitung valuasi ekonomi wilayah adat di Kalimantan Barat, di mana gaharu tumbuh. Hasil penelitian mereka menunjukkan bahwa nilai ekonomi hutan adat jauh lebih tinggi daripada yang terlihat secara langsung.
Artikel terkait yang memperkaya wawasan Anda Dr. Masiun Mengungkap Hasil Penelitian Valuasi Wilayah Adat Taman Sunsong

Dalam konteks penelitian Masiun, dkk. ini, Bagian Saran dari penelitian tersebut menganjurkan: wilayah adat masyarakat tradisional, bukan hanya di Kalimantan Barat, sebaiknya tidak dijual atau diperkebunkan, apalagi dipertambangkan. Hutan adat memiliki potensi ekonomi yang besar yang bisa memberikan manfaat jangka panjang yang berkelanjutan. 

Gaharu tumbuh dengan bebas, dan liar, di wilayah adat Kalimantan Barat. Prosesnya alami. Ini yang membuat gaharu Borneo tinggi nilai ekonominya. Maka jangan pernah menggadaikan wilayah adat! Hak mengusahakan gaharu, berlaku bagi siapa saja yang merupakan warga pemangku wilayah adat tersebut. Namun, orang asing atau mereka yang berasal dari luar wilayah adat akan tunduk pada adat jika mereka ingin mengusahakan gaharu di sana.

Hutan adat dapat menjadi sumber pendapatan yang berkelanjutan bagi masyarakat setempat. Ini dapat dicapai melalui berbagai kegiatan seperti pengelolaan hutan yang berkelanjutan, ekowisata, produksi dan penjualan produk hutan non-kayu seperti madu, rotan, dan obat-obatan tradisional.

Perlindungan hutan adat membantu menjaga keseimbangan ekosistem yang berdampak positif pada produksi air bersih, pengendalian banjir, dan pelestarian keanekaragaman hayati. Semua ini merupakan faktor yang penting bagi berbagai sektor ekonomi, termasuk pertanian dan pariwisata.
Baca juga Taman Nasional Di Kalimantan

Melalui praktik pengelolaan hutan yang berkelanjutan dan sertifikasi keberlanjutan, masyarakat dapat meningkatkan akses mereka ke pasar global yang semakin menghargai produk-produk ramah lingkungan.

Perubahan warna kayu gaharu
Ini terjadi berkat bantuan hewan seperti semut dan infeksi jamur. Di alam yang "merdeka bertumbuh dan berkembang", semut yang memasuki lubang di batang pohon menyebabkan luka pada kayu dan membawa berbagai mikroorganisme, bakteri, bahkan spora jamur ke dalamnya. 

Selama proses ini, semut mengeluarkan cairan yang merusak pohon, dan sebagai respons, pohon tersebut menghasilkan getah untuk menutupi luka. Lama kelamaan, proses ini membentuk kayu gaharu yang kemudian dapat diambil dan diolah.

Setelah beberapa tahun, kayu gaharu yang telah mengalami perubahan ini, mengandung minyak dan memiliki aroma khas. Maka tiba saatnya untuk dipanen dan dijual. Melalui proses alam yang cukup kompleks ini, kayu gaharu berkualitas tinggi dapat dihasilkan.

Hal yang cukup aneh adalah bahwa pohon gaharu, bila sehat, memiliki daging berwarna putih. Namun, jika pohon gaharu terluka, dicacah, atau disuntik, baru mengeluarkan minyak. 

Minyak dari pohon gaharu yang rusak atau dilukai ini membeku dalam proses alami, yang menyebabkan aromanya menjadi sangat mahal.

Menunggu proses alami keluarnya minyak gaharu memerlukan waktu yang sangat lama. 

Oleh karena itu, banyak orang sekarang menggunakan "teknik suntik" untuk melukai pohon gaharu, mempercepat proses pembentukan minyak gaharu.

Pohon gaharu menghasilkan minyaknya setelah mengalami luka atau suntikan, yang kemudian membeku secara alami dan memiliki nilai jual yang tinggi karena aromanya. 

Proses alami ini memakan waktu lama, sehingga teknik suntik digunakan untuk mempercepat produksi minyak gaharu.

Demi kemakmuran warga Adat
Semua hasil bumi, termasuk gaharu, pada galibnya semua demi kemakmuran warga yang tinggal dan bermukim di wilayah adat itu sendiri. Yakni para pewaris sah, dan pemangku, wilayah adat di pulau Borneo.

Dalam hutan Kalimantan, di mana tumbuh liar dan bebas, warga pemangku wilayah adat memiliki hak untuk mengusahakan komoditas tanaman gaharu. 

Hak mengusahakan gaharu, berlaku bagi siapa saja yang merupakan warga pemangku wilayah adat tersebut. Namun, orang asing atau mereka yang berasal dari luar wilayah adat akan tunduk pada adat jika mereka ingin mengusahakan gaharu di sana.

Pentingnya berbagi nilai dari hutan adat Kalimantan tercermin dalam tindakan anak-anak muda. Seperti yang terlihat dalam ilustrasi gambar. Mereka penduduk lokal yang mengusahakan pohon gaharu di wilayah adat mereka. Mereka tidak hanya mengambil hasil dari perut bumi wilayah adat ini untuk diri mereka sendiri, tetapi juga berbagi dengan penduduk setempat.

Hal ini menggarisbawahi pentingnya mematuhi adat-adat yang mengatur pengelolaan hutan adat Kalimantan. Di samping untuk memastikan nilai-nilai ekologi dan sosial dijaga dengan baik.
(Bersambung)

LihatTutupKomentar
Cancel