Lumbung Padi dan Ketahanan Pangan Manusia Dayak menghadapi Krisis Pangan 2024

lumbung, Dayak, kecerdasan natural, krisis pangan, kaya, ladang, panen, padi, pelaung, kaya, panen, menabung, habitus, ketahanan, pangan

 

  • Lumbung padi orang Dayak: cerminan kecerdasan natural.

2024 bukan pertama-tama tahun topan politik yang mengancam tanah air Indonesia tercinta. Melainkan kita akan menghadapi masalah: pangan!

Maka mari siap-siap. Ingat akan arti "mimpi Firaun" yang diterangkan Musa. Tentang 7 sapi kurus menelan 7 sapi gemuk.

Dan manusia Dayak telah punya "penangkal". Yakni kecerdasan alam (natural smart) mereka. Yang andal terbukti selama ribuan tahun.

Perubahan ekstrim cuaca, seperti kekeringan, banjir, badai, dan perubahan pola cuaca yang ekstrem, dapat memiliki dampak serius pada produksi pangan dan ketahanan pangan di berbagai wilayah. 

Berikut adalah beberapa prediksi dampak perubahan ekstrem cuaca terhadap masalah pangan:

  1. Penurunan Produksi Tanaman: Kekeringan yang ekstrem dapat mengurangi produksi tanaman, sementara banjir dapat merusak tanaman yang sudah tumbuh. Hal ini dapat mengakibatkan penurunan pasokan makanan dan kenaikan harga pangan.
  2. Gangguan pada Distribusi: Badai dan banjir dapat menyebabkan kerusakan pada infrastruktur transportasi, yang dapat mengganggu distribusi makanan dari produsen ke konsumen. Ini dapat mengakibatkan kelangkaan makanan di beberapa wilayah.
  3. Kerusakan pada Infrastruktur Pertanian: Perubahan ekstrim cuaca juga dapat merusak fasilitas pertanian seperti gudang penyimpanan dan sistem irigasi. Ini dapat mengganggu kemampuan petani untuk menyimpan dan mengelola persediaan pangan mereka.
  4. Peningkatan Kerentanan Pangan: Kelangkaan pangan dan kenaikan harga dapat membuat kelompok rentan, termasuk masyarakat miskin dan kelompok rentan lainnya, lebih rentan terhadap kelaparan dan ketidakcukupan gizi.
  5. Perubahan Pola Tanam: Petani mungkin perlu menyesuaikan pola tanam mereka dengan perubahan cuaca yang ekstrim. Misalnya, mereka mungkin perlu mencari varietas tanaman yang lebih tahan terhadap kekeringan atau banjir.
  6. Dampak pada Sumber Daya Air: Kekeringan yang berkepanjangan dapat mengancam sumber daya air yang digunakan untuk irigasi pertanian. Ini dapat mempengaruhi produksi tanaman jangka panjang.

Penting untuk diingat bahwa perubahan ekstrem cuaca adalah salah satu faktor yang dapat memengaruhi masalah pangan, dan masalah ini juga sangat dipengaruhi oleh faktor-faktor seperti kebijakan pertanian, akses ke pasar, teknologi, dan masalah sosial dan ekonomi lainnya. 

Oleh karena itu, mitigasi perubahan iklim dan upaya untuk meningkatkan ketahanan pangan sangat penting dalam mengatasi dampak perubahan ekstrim cuaca pada produksi pangan dan pasokan pangan global.

Lumbung manusia Dayak dan filosofinya
Lumbung padi manusia Dayak cukup unik yang menunjukkan peradaban, sekaligus kearifan lokal. Selain dibangun dengan tiang tinggi juga, pada setiap tiang, diberi pelaung (penghalang).

Sedemikian dalam filosofi lumbung padi manusia Dayak berkawin-mawin dengan nilai artistik, sehingga tikus-tikus tidak bisa masuk.

No entry! Sorry, mouses! Hal itu karena pelaung berbentuk lingkaran dengan diameter 0,75 m, tebal 120 cm, terbuat dari bandir pohon yang keras, menghalangimu. Silakan tetap di luar. Jangan ganggu persediaan makan kami!

Baca Sistem (Ilmu) Pengetahuan Manusia Dayak

Di kalangan Dayak Bidayuh, bulatan bundar dari bandir kayu itu disebut jolapakng. Di sekitar lumbung tidak boleh ada pohon, sebab dari pohon-pohon itu tikus bisa masuk ke dalam lumbung. Dari atas pohon, meloncat ke atap lumbung, lalu masuk ke dalam. Bahaya! Sehingga di sekitar lumbung, harus tidak boleh ada pohon.

Martabat dan harkat manusia Dayak zaman baheula diukur dari seberapa tinggi gunung padi di lumbungnya. Makin menumpuk dan makin tinggi, kian kayalah dia. Menjadi terhormat, jika tahun ini makan padi (nasi) hasil ladang 3 atau 4, dan tahun sebelumnya.

Sedkit unik adalah lumbung padi manusia Dayak di Kutai Barat. Atapnya dari daun rotan,dan bagian atap ini bisa didorong jauh kebelakang untuk menjemur padi dalam lumbung,dinding terbuat dari kulit kayu meranti.

Di kalangan Dayak Ibanik, di Kab. Sekadau, Sintang, dak Kapuas Hulu di Kalbar, lumbung pun berfungsi sama. Dikenal sebagai "dudul padi", tempat menyimpan padi, sehingga dianggap keramat. Sebab yang makan padi hidup, sehingga padi pun dianggap sumber hidup.

Orang Ketunga menyebutnya Duru'ng. Di pedalaman Kalimantan Selatan, di pegunungan Meratus. Lumbung dinamai lampau. Seluruh tiang bawah dibalut seng supaya tikus tidak bisa naik.

Di Barito Utara, Kalimantan Tengah,  juga biasa disebut lampau. Ada yang hanya diikat dengan rotan tanpa menggunakan paku. atap , dinding dan lantai kulit kayu meranti. 

Biasanya selalu menghadap timur, anak tangga (lempat) selalu genap. tangga terbuat dari batang pohon yang bisa dibalik agar anjing tidak bisa baik. 

Di samping tangga sebelah kiri ada tempat pegangan disebut saranoyan. Bangunan dapur lebih rendah dari bangunan induknya, di sana terdapat dapur terbuat dari tanah khusus menggunakan kayu api. Sedangkan di bagian atas dapur terdapat tempat menaruh kayu api dinamai tapan. 

Di bagian lain dari dapur terdapat tempat menaruh tempat air didirikan dekat dinding tak jauh dari dapur, biasanya tempat air dari buah labu atau bambu betung disebut sopan

Sementara di bangunan induk terdapat tempat padi terbuat dari kulit kayu disebut jahit, atau kalau bentuknya bundar ,disebut solong. 

Iu ujud kearifan tradisonal manusia Dayak tampak dalam seluruh siklus peladangan. Puncaknya, pada apa yang disebut "dudul padi", di mana padi dianggap memiliki "jiwa", sehingga sebutir pun pantang dibuang. Bahkan, orang Iban akan memberikan kepada keluarga manakala ketika menugal keluarga itu tak punya bibit padi. Kembaliannya, nanti saja, ketika sudah panen.

Lumbung padi manusia Dayak di Ba' Binuang, Krayan, Kalimantan Utara.


 PATIH JAGA PATI: Lumbung padi bagi orang Dayak bermakna banyak. Dahulu kala, tabungan nenek moyang ya lumbung padi itu. 

Orang Dayak zaman dahulu kala menyimpan padi di lumbung. Juga harta benda dan pusaka disimpan di lumbung. 

Ukuran kaya orang Dayak zaman dahulu 

Orang Dayak kaya zaman dulu, diukur seberapa banyak simpanan padinya di lumbung. Yang makan padi hasil panen tahun-tahun sebelumnya.

Banyak padi di lumbung juga menjadi bukti. Bahwa manusia Dayak sejak zaman semula jadi telah memiliki kebiasaan menabung dan mengatur persediaan pangan untuk hari esok.

Padi adalah simbol sekaligus ukuran kekayaan, sekaligus kemakmuran. Orang kaya pada zaman dahulu kala ditakar dari seberapa banyak timbunan padinya di lumbung.  Suatu keluarga kaya makan nasi yang diolah dari padi yang dipanen tahun sebelumnya.

Baca Dayak Tidak Dari Mana Pun, Melainkan Asli Borneo

Sementara Dayak Kanayatn, Kalbar, menyebut lumbung "dango". Setiap tahun usai panen, biasanya Mei-Juli diadakan pesta selamatan Naik Dango. Syukur atas panenan yang lalu, dan mendoakan --berharap-- tahun di muka menjadi lebih baik lagi.

Martabat dan harkat manusia Dayak zaman baheula diukur seberapa banyak padi di lumbungnya. Makin menumpuk, makin kayalah dia. Menjadi terhormat, jika tahun ini makan padi (nasi) hasil ladang 3 atau 4, dan tahun sebelumnya.

Lumbung padi dan habitus menabung

Banyak padi di lumbung juga menjadi bukti bahwa manusia Dayak sejak zaman semula jadi telah memiliki kebiasaan menabung dan mengatur persediaan pangan untuk hari esok" mengandung beberapa fakta dan konteks penting yang perlu dikembangkan. 

Lumbung padi adalah tempat penyimpanan tradisional yang digunakan oleh masyarakat Dayak untuk menyimpan hasil panen padi dan bahan makanan lainnya. Lumbung ini dibangun dengan cermat dan biasanya terbuat dari bahan-bahan alami seperti kayu atau bambu.

Baca Balai Kepatihan: Simbol Kedaulatan Dayak

Ungkapan "banyak padi di lumbung" mengindikasikan bahwa masyarakat Dayak memiliki kemampuan untuk mengumpulkan dan menyimpan jumlah padi yang cukup besar dalam lumbung mereka. Hal ini menunjukkan praktik menabung dan mengatur persediaan pangan yang cukup efektif.

Kebiasaan menabung adalah praktik menyimpan sebagian dari hasil panen untuk digunakan di masa depan. Dalam konteks masyarakat Dayak, hal ini menunjukkan kemampuan mereka untuk merencanakan keberlanjutan makanan dan bertahan di saat-saat kekurangan.

Selain itu, lumbung padi juga untuk mengatur persediaan pangan berarti mereka tidak hanya menabung, tetapi juga memiliki sistem yang baik untuk mengelola dan mendistribusikan makanan di antara anggota masyarakat. Hal ini melibatkan pemantauan stok padi di lumbung dan kebijakan tentang kapan dan bagaimana makanan dapat diakses.

Kebiasaan menabung dan mengatur persediaan pangan sudah ada dalam budaya masyarakat Dayak sejak zaman kuno. Hal itumenunjukkan nilai dan pentingnya praktik ini dalam kehidupan tradisional mereka.

Bukti kemandirian Pangan

Fakta ini juga mencerminkan kemandirian pangan masyarakat Dayak. Mereka mampu mengandalkan persediaan makanan mereka sendiri, yang merupakan aset berharga dalam menjaga ketahanan pangan di wilayah yang mungkin terpencil atau memiliki tantangan dalam mendapatkan makanan dari luar.

Kesadaran akan praktik-praktik budaya tradisional seperti ini dapat membantu memahami sejarah, nilai, dan kearifan lokal masyarakat Dayak. Ini juga bisa menjadi sumber pembelajaran bagi masyarakat modern tentang bagaimana mengelola sumber daya dan makanan dengan bijaksana.

Baca Manusia Dayak Dan Kawasan Hijau Borneo

Fakta sejarah dari lumbung padi menunjukkan bahwa masyarakat Dayak telah memiliki praktik menabung dan mengatur persediaan pangan sejak zaman kuno, yang membantu mereka mencapai kemandirian pangan dan bertahan dalam berbagai kondisi. Hal ini adalah contoh penting dari kearifan lokal dalam menghadapi tantangan lingkungan dan sejarah mereka.

Sedemikian rupa, sehingga swasembada pangan dan Bulog, bagi mereka, bukan hal baru.Telah berabad lalu sebagai praktik dan tacit knowledge. Bukan hanya sebatas wacana. 

(Rangkaya Bada)

LihatTutupKomentar
Cancel