Monumen Pendaratan Pertama Migran asal Cina di Pemangkat
Monumen pendaratan pertama imigran Cina di Pemangkat: naik perahu berbulan bulan. |
PATIH JAGA PATI : Ciri sejarah, antara lain setting (waktu dan tempat peristiwa) jelas diketahui pasti.
Inilah sejarah pendaratan etnis Tionghoa di Pemangkat, Kalimantan Barat.
Monumen ini terletak persis di bawah Toapekong. Di kaki sebuah bukit yang langsung berbatasan dengan tepi laut, dengan alas berupa batu karang, petros, dan cadas keras. kedatangan pertama orang Cina di Pemangkat, Kalimantan Barat
Toapekong tepi laut kaki bukit
Monumen ini terletak persis di bawah Toapekong. Di kaki sebuah bukit yang langsung berbatasan dengan tepi laut, dengan alas berupa batu karang, petros, dan cadas keras
Dayak Tidak Dari Mana Pun, Melainkan Asli Borneo
Pada masa lalu, etnisTionghoa dari Cina Selatan bermigrasi ke Kalimantan Barat. Monumen pendaratan pertama dan ceritanya dapat ditemukan di Toapekong tepi laut di Pemangkat, arah kota Sambas.
Saat pertama kali datang, pemukiman terbesar dari etnis Tionghoa Nusantara terletak di muara sungai dan pesisir pantai, terutama berasal dari suku Khek (Hakka).
Setting pasti sejarah: monumen pendaratan ini
Ciri-ciri sejarah, termasuk pengaturan waktu dan tempat peristiwa, dapat dengan pasti diidentifikasi dalam kisah pendaratan etnis Tionghoa di Pemangkat, Kalimantan Barat.
Monumen yang mengabadikan peristiwa tersebut terletak dengan presisi di bawah Toapekong, berada di kaki sebuah bukit yang langsung berbatasan dengan tepi laut, dengan alas terdiri dari batu karang, petros, dan cadas keras.
Mengulik masa lalu, kita menyaksikan migrasi etnis Tionghoa dari Cina Selatan menuju Kalimantan Barat. Cerita pendaratan pertama dan jejak peristiwa tersebut dapat ditemui di Toapekong tepi laut di Pemangkat, mengarah ke kota Sambas.
Ketika mereka pertama kali tiba, pemukiman terbesar dari etnis Tionghoa Nusantara berlokasi di muara sungai dan pesisir pantai, khususnya berasal dari suku Khek (Hakka).
Pada tahun 1772, komunitas ini tumbuh di Monterado, wilayah Kabupaten Bengkayang, dengan mayoritas imigran terlibat dalam kegiatan pertambangan emas. Monumen yang berdiri kokoh ini bukan sekadar struktur fisik, tetapi juga menjadi tanda bahwa sejarah telah meresap dalam tanda dan petanda, sejalan dengan konsep teori semiotika.
Hakka di tepatnya di Pemangkat
Penduduk Hakka (Khek) di Kalimantan Barat, tepatnya di Pemangkat, dengan kesadaran yang tinggi akan pentingnya pengabadian sejarah, mencatat perjalanan mereka dengan cara yang unik dan khas.
Melalui penyebaran fakta-fakta ini, mereka mengabadikan bukan hanya peristiwa sejarah tetapi juga nilai-nilai dan makna yang melekat di dalamnya.
Dengan demikian, monumen di bawah Toapekong bukan hanya sekadar benda mati, tetapi menjadi saksi bisu perjalanan panjang dan berharga dari etnis Tionghoa di Pemangkat, yang berusaha mempertahankan identitas dan warisan budaya mereka di tanah baru.
Sejarah asal muasal Cap Go Meh
Mereka mendirikan perkampungan khusus yang dikenal sebagai "kampung Cina" atau pecinan. Seperti wabah Corona saat ini, pada suatu hari di perkampungan tersebut terjadi malapetaka berupa wabah penyakit. Pada saat itu, tidak ada tabib atau dokter yang dapat menyembuhkan penyakit tersebut.
Warga Tionghoa mencari pengobatan dari tabib atau dukun yang menggunakan metode tradisional dan gaib. Mereka kemudian mengadakan ritual tolak bala bersama penduduk lokal pada hari ke-15 bulan pertama penanggalan Imlek.
Tanpa disangka, upaya tolak bala untuk mengusir wabah penyakit berhasil dan diberkati oleh Yang Maha Kuasa.
Melihat manfaat dari ritual tersebut, warga akhirnya menjadikannya sebagai tradisi tahunan yang terus berlanjut hingga saat ini.
Ritual ini kemudian dipadukan dengan perayaan Imlek dan diberi nama Cap Go Meh, yang artinya malam ke-15.
Tradisi ini terus turun temurun dan tetap bertahan dalam budaya Tionghoa terutama di Singkawang, Pemangkat Sambas dan sekitarnya.
(Rangkaya Bada)