Belajar dari Hayam Wuruk : Muda adalah Kekuatan

Hayam Wuruk, Gajah Mada, Raden Wijaya, Sumpah, Palapa, mentorship, pemimpin, muda, kekuatan, kesempatan, Gajah Mada, paman, Raden Wijaya
Hayam Wuruk: muda bukan aral melintang berkuasa dan jadi raja. Dok. Wikipedia.

PATIH JAGA PATI :  Apa yang paling menarik dari buku-sejarah ini? 

Langsung ke intinya:

Gajah Mada menjadi mentor bagi Hayam Wuruk. Gajah Mada adalah seorang Patih (pejabat tertinggi) yang sangat dihormati dan berpengaruh di kerajaan. Ia mengajar Hayam Wuruk tentang seni pemerintahan, etika, dan tugas-tugas seorang raja. Hubungan dekat ini memberi Hayam Wuruk wawasan yang mendalam tentang tugas-tugas kepemimpinan.

Untuk detik ini, di mana isu pemimpin muda diragukan, adalah figur Hayam Wuruk dapat menjadi sosok inspirasi. 

Baca Dinasti Politik Ala Jokowi

Hayam Wuruk dan sang paman
Mari belajar dari sejarah: historia docet. Bahwa ada aura bagi seorang berkuasa. Naik takhta. Masuk ke dalam singgasana. Lalu dimahkotai (bukan dari duri, tapi dari emas) untuk menjadi raja. 

Maka usia muda bukanlah aral yang melintang bagi seseorang yang ditakdirkan untuk berkuasa dan memerintah. 

Dalam sejarah, banyak pemimpin muda telah muncul dan mencapai keberhasilan besar dalam kepemimpinan mereka. Mentor, dukungan dari orang-orang di sekitarnya, dan pendidikan yang baik dapat berperan penting dalam membentuk pemimpin muda ini.

Baca Nepotisme Dalam Politik: Baik Atau Tidak? Jangan Jawab Sebelum Membaca Ini!

Dalam kasus Hayam Wuruk, mentorship yang diberikan oleh Gajah Mada sangat penting dalam membantu Hayam Wuruk memahami tugas dan tanggung jawab seorang raja. Gajah Mada adalah seorang pejabat yang sangat berpengaruh dan berpengalaman, dan pengaruhnya dalam pembentukan kepemimpinan Hayam Wuruk tidak dapat diabaikan.

Hayam Wuruk lahir pada tahun 1334 sebagai putra dari Raden Wijaya, raja pertama Majapahit, dan Tribhuwana Wijayatunggadewi, putri Jayanagara, seorang raja dari Kerajaan Singhasari. Ketika masih kecil, Hayam Wuruk dibawa ke istana dan diberikan pendidikan yang baik, termasuk dalam bidang budaya, bahasa, dan agama.

Demikian pula, dalam banyak kasus, keluarga, penasihat, guru, atau tokoh-tokoh senior lainnya sering menjadi penopang utama bagi pemimpin muda. Mereka itulah yang memberikan panduan, pengetahuan, dan dukungan yang diperlukan untuk membantu pemimpin muda memahami tugas dan tanggung jawab mereka dengan baik.

Dengan bimbingan, dukungan, dan pendidikan yang tepat, pemimpin muda dapat berkembang menjadi pemimpin yang mampu mengemban tanggung jawab mereka dengan baik. 

Bahkan dalam situasi yang mungkin terasa sulit. Hal ini menunjukkan pentingnya mentorship dan dukungan dalam proses pembentukan pemimpin muda yang efektif.

Hayam Wuruk dan peran sang paman

Hayam Wuruk adalah seorang raja yang terkenal dari Kerajaan Majapahit di tanah Jawa. Baginda raja memerintah antara tahun 1350 hingga 1389 Masehi. 


Proses berkuasa Hayam Wuruk melibatkan peran pamannya, Gajah Mada. Ia dimentoring, dididik, dilatih, sedemikian rupa sehingga memiliki penguasaan politik yang luas lagi dalam.

Baca Jas Merah Bung Karno Yang Kerap Disalah-Kutip Pakar Sekalipun: Ini Aslinya!

Hayam Wuruk lahir pada tahun 1334 sebagai putra dari Raden Wijaya, raja pertama Majapahit, dan Tribhuwana Wijayatunggadewi, putri Jayanagara, seorang raja dari Kerajaan Singhasari. 

Muda tapi Hayam Wuruk mendapat mentor yang hebat

Ketika masih kecil, Hayam Wuruk dibawa ke istana dan diberikan pendidikan yang baik, termasuk dalam bidang budaya, bahasa, dan agama.

  1. Masa Muda dan Mentoring oleh Gajah Mada:
    Gajah Mada adalah seorang tokoh penting di Majapahit, dan ia menjadi mentor bagi Hayam Wuruk. Gajah Mada adalah seorang Patih (pejabat tertinggi) yang sangat dihormati dan berpengaruh di kerajaan. Ia mengajar Hayam Wuruk tentang seni pemerintahan, etika, dan tugas-tugas seorang raja. Hubungan dekat ini memberi Hayam Wuruk wawasan yang mendalam tentang tugas-tugas kepemimpinan.
  2. Pemerintahan Bersama Gajah Mada:
    Pada tahun 1350, setelah ibunya, Tribhuwana, turun takhta, Hayam Wuruk menggantikannya menjadi raja. Gajah Mada tetap menjadi pemegang kekuasaan tertinggi di Majapahit sebagai Patih, dan mereka menjalani pemerintahan bersama. Pemerintahan bersama ini dikenal sebagai "Dasa Warsa," yang berarti "sepuluh tahun," yang berlangsung dari tahun 1350 hingga 1360.
  3. Kemasyhuran dan Kehebatan:
    Di bawah kepemimpinan Hayam Wuruk dan bantuan Gajah Mada, Majapahit mencapai masa keemasannya. Majapahit menjadi salah satu kerajaan terbesar di Asia Tenggara dan pusat perdagangan yang penting. Mereka memperluas wilayah kekuasaan mereka dan menjaga stabilitas dalam negeri. Pemerintahan Hayam Wuruk dikenal sebagai masa keemasan Majapahit.
  4. Gajah Mada Sumpah Palapa:
    Salah satu momen penting dalam sejarah Majapahit adalah sumpah Gajah Mada, yang dikenal sebagai "Sumpah Palapa." Dalam sumpah ini, Gajah Mada berjanji bahwa ia tidak akan merasa puas atau bahagia sampai seluruh wilayah Nusantara (Indonesia) berada di bawah kekuasaan Majapahit.

Apa pun suka tidak suka, sejarah tak bisa dibantah. Ia dengan jujur menatat bahwa muda bukanlah aral yang melintang bagi seseorang menjadi pemimin yang hebat.

Muda adalah kekuatan

Nyatanya,Hayam Wuruk adalah salah satu raja paling terkenal dalam sejarah Nusantara. Keberhasilan dan kehebatan pemerintahannya tidak terlepas dari pembelajaran dan mentorship yang diberikan oleh Gadjah Mada, serta dedikasi mereka terhadap kemakmuran dan stabilitas kerajaan.

Baca Gelegar Sumpah Patih Wilyo

Praktik-baik (best practice) Hayam Wuruk membuat kita malu untuk meremehkan usia muda. 

Nyatanya, Hayam Wuruk raja terhebat dalam sejarah dinasti Majapahit! Sehebat apa pun usaha menghalangi, yang namanya garis tangan, tak bisa untuk dicegah.

Seandainya mau, Gadjah Mada bisa saja mengambil alih dan menjadikan dirinya raja. Tapi ia tahu-diri. Toh sebagai mahapatih, namanya pun tidak kalah pamor.

Tapi sejarah tidak mengenal kata "seandainya".

(Rangkaya Bada)

LihatTutupKomentar
Cancel