Gaharu dan Tantangan Keberlanjutannya (9)

agarwood, aquilaria, gaharu, Kalimantan, resin, infeksi, mikrobia, persepatan, suntik, cacah


  • Penampakan Kebun, bukan hutan gaharu di Kalimantan.
Gaharu, si "pohon surgawi" dengan aromanya yang sungguh memikat. Ternyata pohon serba guna. 

Selain jadi bintang di tempat-tempat suci dengan kemenyan yang senantiasa dibakar, membuat aroma wangi melayang-layang, gaharu juga menjadi komoditas yang sangat berharga dalam berbagai industri.
Baca Mangga Dua Square, Jakarta: Surga Para Saudagar Gaharu (8)

Gaharu adalah contoh unik dari komoditas, hasil hutan Kalimantan, yang sangat berharga dalam berbagai industri. Namun, gaharu juga menghadapi tantangan khusus dalam menjaga keberlanjutannya. 

Gaharu, atau agarwood, adalah hasil dari infeksi pada beberapa spesies pohon tertentu, seperti pohon aquilaria. Proses pembentukan gaharu memerlukan waktu yang sangat lama. Hasilnya tidak tiba-tiba begitu saja seperti manna yang jatuh dari surga. Seringkali proses pembentkan gaharu berlangsung puluhan tahun, sebelum pohon dapat menghasilkan gaharu yang berkualitas. Ini merupakan tantangan utama mengingat terus meningkatnya permintaan terhadap gaharu.

Pohon gaharu yang ditanam atau dibiarkan tumbuh secara alami memerlukan waktu yang panjang untuk menghasilkan gaharu berkualitas. Oleh karena itu, penanam atau produsen gaharu harus sabar untuk menunggu hasilnya.

Tingginya valuasi harga gaharu di pasar internasional telah memicu perburuan ilegal terhadap pohon gaharu yang tumbuh di habitat alami seprti di bumi Borneo. Praktik ini dapat mengakibatkan deforestasi. Selain tentu saja mengancam populasi pohon gaharu, dan merusak lingkungan di mana tanaman surgawi ini tumbuh, berkembang, dan berada.

Saat pohon gaharu tumbuh besar, sekitar sebesar betis manusia dewasa, pohon tersebut dicacah-cacah. Atau disuntik. Diperlakukan secara khusus untuk menginduksi produksi resin. 
Baca Berburu Gaharu Di Hutan Kalimantan : "Kayu Surgawi" Tercatat Dalam Sutra Nirvana (Bagian 3 Dari 10 Tulisan)

Di beberapa pulau di Indonesia, termasuk Kalimantan, praktik ilegal penebangan gaharu telah merusak hutan dan mengancam spesies pohon gaharu yang terancam punah. Warga lokal tidak merusaknya. Mereka menggunakan, dan memanfaatkan gaharu secukupnya saja. Kadang ada orang luar, yang secara rakus dan ilegal mengusahakannya. Sedemikian rupa, sehingga mengancam proses keberlanjutan gaharu, pohon surgawi ini ke depannya.

Untuk menjaga keberlanjutan gaharu, upaya konservasi seperti perlindungan hutan dan regulasi terhadap penebangan ilegal sangat penting. 
Baca artikel terkait Berburu Gaharu Di Hutan Kalimantan (7) Masiun: Jangan Gadaikan Wilayah Hutan Adat Kalimantan!

Selain itu, praktik budidaya gaharu yang berkelanjutan juga dapat membantu memenuhi permintaan industri sambil menjaga populasi pohon gaharu di habitat alami.

Beberapa negara telah memperkenalkan program-program budidaya gaharu yang berkelanjutan, di mana pohon gaharu ditanam secara khusus untuk produksi gaharu, dengan pemantauan dan manajemen yang cermat. Misalnya, di Kalimantan, budidaya gaharu secara sengaja dilakukan (seperti tampak dalam gambar ilustrasi). Ini melibatkan pencabutan anakan gaharu liar di hutan-hutan, pemindahan mereka ke pekarangan atau kebun, penanaman dengan jarak yang teratur, perawatan, dan pemeliharaan.

Saat pohon gaharu tumbuh besar, sekitar sebesar betis manusia dewasa, pohon tersebut dicacah-cacah. Atau disuntik. Diperlakukan secara khusus untuk menginduksi produksi resin. 

Ada beberapa metode percepatan itu, termasuk metode akselerasi dengan menyuntikkan zat tertentu. Atau dengan cara tradisional alami, mencacah-cacah pohonnya, dilukai. Anehnya, semakin batang kayu gaharu sakit; akan mengeluarkan resin gaharu pada pohon.

Dari sini ilmiah, diketahui adanya bakteri yang memiliki potensi dalam menginduksi pembentukan resin gaharu pada pohon. Resin gaharu merupakan respons pertahanan tumbuhan terhadap infeksi mikrobia pada jaringan kayu.
Baca Berburu Gaharu Di Hutan Kalimantan : Damai Dalam Deru Dan Desiran Angin (Bagian 5 Dari 10 Tulisan)

Gaharu yang ditanam by design ini baru bisa dipanen umur 10 - 15 tahun. Atau ketika diameter tengah batang pohonnya berukuran 12 cm. 

Di masa depan, perlu menjaga keseimbangan antara permintaan industri yang tinggi dengan konservasi dan keberlanjutan pohon gaharu di habitat alam. Upaya ini memerlukan perhatian serius terhadap praktik pertanian berkelanjutan, perlindungan hutan, dan pengawasan terhadap perdagangan gaharu untuk memastikan bahwa sumber daya gaharu di hutan-hutan Kalimantan tetap tersedia bagi industri masa depan.

Yang tak kalah pentingnya adalah bahwa hasil gaharu harus dinikmati oleh penduduk setempat. 

Gaharu tidak boleh "lari" ke luar daerah di mana warga sekitar tempat gaharu tumbuh hanya bisa mencium harum aromanya saja.*)


LihatTutupKomentar
Cancel